Taeniasis adalah suatu infeksi pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh cacing taenia dewasa; sistiserkosis adalah penyakit/infeksi yang terjadi pada jaringan lunak yang disebabkan oleh larva dari salah satu spesies cacing taenia yaitu spesies Taenia solium. Gejala-gejala klinis dari penyakit ini jika muncul sangat bervariasi seperti, gangguan syaraf, insomnia, anorexia, berat badan yang menurun, sakit perut dan atau gangguan pada pencernaan. Terkecuali merasa terganggu dengan adanya segmen cacing yang muncul dari anus, kebanyakan penyakit ini tidak menunjukkan gejala. Taenasis biasanya tidak fatal, akan tetapi pada stadium larva cacing Taenia solium mungkin menyebabkan sistiserkosis yang fatal.
Penyebab penyakit
Penyebab penyakit Taeniasis adalah Taenia soliumyang biasanya terdapat pada daging babi, dimana cacing tersebut dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan (oleh cacing dewasa), dan bentuk larvanya dapat menyebabkan infeksi somatik (sistisersi). Cacing Taenia saginata, pada daging sapi hanya menyebabkan infeksi pada pencernaan manusia oleh cacing dewasa.
Distribusi penyakit
Penyakit Taeniasis tersebar di seluruh dunia, dimana orang-orang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi daging sapi atau babi mentah atau yang dimasak tidak sempurna, dan kondisi kebersihan lingkungannya jelek sehingga babi, dan sapi makanannya tercemar dengan tinja manusia. Angka kejadian paling tinggi dari penyakit ini adalah di negara-negara seperti Amerika Latin, Afrika, Asia Tenggara, dan negara-negara di Eropa Timur, dan infeksi sering dialami oleh para imigran yang berasal dari daerah tersebut.
Reservoir
Manusia merupakan hospes definitif kedua spesies Taenia, sedangkan sapi merupakan hospes perantara untuk spesies Taenia saginata dan babi merupakan hospes perantara untuk spesies Taenia solium.
Masa inkubasi
Gejala dari penyakit cysticercosis biasanya muncul beberapa minggu sampai dengan 10 tahun atau lebih setelah seseorang terinfeksi. Telur cacing akan tampak pada kotoran orang yang terinfeksi oleh Taenia solium dewasa antara 8 – 12 minggu setelah orang yang bersangkutan terinfeksi, dan untuk Taenia saginata telur akan terlihat pada tinja antara 10-14 minggu setelah seseorang terinfeksi oleh Taenia saginata dewasa.
Masa penularan
Taenia saginata tidak secara langsung ditularkan dari orang ke orang, akan tetapi untuk Taenia solium dimungkinkan ditularkan secara langsung. Telur dari kedua spesies cacing ini dapat menyebar ke lingkungan selama cacing tersebut masih ada di dalam saluran pencernaan, kadang-kadang dapat berlangsung lebih dari 30 tahun; telur cacing tersebut dapat hidup dan bertahan di lingkungan selama beberapa bulan.
Cara-cara penularan
Telur Taenia saginata yang dikeluarkan lewat tinja orang yang terinfeksi hanya bisa menular kepada sapi dan didalam otot sapi parasit akan berkembang menjadi Cysticercus bovis, stadium larva dari Taenia saginata. Infeksi pada manusia terjadi karena orang tersebut memakan daging sapi mentah atau yang dimasak tidak sempurna yang mengandung Cysticerci; di dalam usus halus cacing menjadi dewasa dan melekat dalam mukosa usus. Begitu juga infeksi T. solinum terjadi karena memakan daging babi mentah atau yang dimasak kurang sempurna (“measly pork”) yang mengandung cysticerci; cacing menjadi dewasa didalam intestinum.
Namun, cysticercosis dapat terjadi secara tidak langsung karena orang tersebut menelan minuman yang terkontaminasi atau secara langsung dari tinja orang yang terinfeksi langsung kemulut penderita sendiri (aoutoinfeksi) atau ke mulut orang lain. Apabila telur T. solinum tertelan oleh manusia atau babi, maka embrio akan keluar dari telur, kemudian menembus dinding usus menuju ke saluran limfe dan pembuluh darah selanjutnya dibawa keberbagai jaringan dan kemudian berkembang menjadi cysticercosis.
Diagnosis
Diagnosis ari penyakit teniasis adalah dengan menemukan dan mengidentifikasi proglotid (segmen), telur atau antigen dari cacing dalam tinja. Namun bentuk telur cacing Taenia solium dan cacing Taenia saginata sukar dibedakan, sehingga diagnosa spesifik dilakukan dengan cara membedakan bentuk scolex (kepala) dan atau morfologi dari proglottid gravid.
Tes serologis spesifik akan sangat membantu dalam mendiagnosa sistiserkosis.
Pemeriksaan secara mikroskopis dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jaringan bawah kulit dengan mengambil spesimen dari jaringan sistiserasi. Sistisersi yang terdapat di jaringan otak dan jaringan lunak lain dapat didiagnosis dengan menggunakan CAT scan atau MRI, atau dengan X-ray jika sistisersi tersebut mengalami kalsifikasi.
Pengobatan
Praziquantel (Biltricide®) efektif untuk pengobatan Taenia saginata dan Taenia solium. Niclosamide (Niclocide®, Yomesan®) saat ini sebagai obat pilihan kedua kurang cukup tersedia secara luas dipasaran. Untuk cysticercosis tindakan operasi (bedah) dapat menghilangkan sebagian dari gejala penyakit tersebut.
Pasien dengan cysticercosis SSP harus diobati dengan praziquantel atau dengan albendazole di rumah sakit dengan pengawasan ketat; biasanya diberikan kortikosteroid untuk mencegah oedem otak pada penderita cysticerci.
Pencegahan
Mencegah terjadinya pencemaran/kontaminasi tinja terhadap tanah, air, makanan dan pakan ternak dengan cara mencegah penggunaan air limbah untuk irigasi
Memasak daging sapi atau daging babi secara sempurna.
Daging sapi atau daging babi yang dibekukan pada suhu di bawah minus 5oC (23oF) selama lebih dari 4 hari dapat membunuh cysticerci.
Jauhkan ternak babi kontak dengan jamban dan kotoran manusia.
Sumber: www.vet-klinik.com
Penyebab penyakit
Penyebab penyakit Taeniasis adalah Taenia soliumyang biasanya terdapat pada daging babi, dimana cacing tersebut dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan (oleh cacing dewasa), dan bentuk larvanya dapat menyebabkan infeksi somatik (sistisersi). Cacing Taenia saginata, pada daging sapi hanya menyebabkan infeksi pada pencernaan manusia oleh cacing dewasa.
Distribusi penyakit
Penyakit Taeniasis tersebar di seluruh dunia, dimana orang-orang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi daging sapi atau babi mentah atau yang dimasak tidak sempurna, dan kondisi kebersihan lingkungannya jelek sehingga babi, dan sapi makanannya tercemar dengan tinja manusia. Angka kejadian paling tinggi dari penyakit ini adalah di negara-negara seperti Amerika Latin, Afrika, Asia Tenggara, dan negara-negara di Eropa Timur, dan infeksi sering dialami oleh para imigran yang berasal dari daerah tersebut.
Reservoir
Manusia merupakan hospes definitif kedua spesies Taenia, sedangkan sapi merupakan hospes perantara untuk spesies Taenia saginata dan babi merupakan hospes perantara untuk spesies Taenia solium.
Masa inkubasi
Gejala dari penyakit cysticercosis biasanya muncul beberapa minggu sampai dengan 10 tahun atau lebih setelah seseorang terinfeksi. Telur cacing akan tampak pada kotoran orang yang terinfeksi oleh Taenia solium dewasa antara 8 – 12 minggu setelah orang yang bersangkutan terinfeksi, dan untuk Taenia saginata telur akan terlihat pada tinja antara 10-14 minggu setelah seseorang terinfeksi oleh Taenia saginata dewasa.
Masa penularan
Taenia saginata tidak secara langsung ditularkan dari orang ke orang, akan tetapi untuk Taenia solium dimungkinkan ditularkan secara langsung. Telur dari kedua spesies cacing ini dapat menyebar ke lingkungan selama cacing tersebut masih ada di dalam saluran pencernaan, kadang-kadang dapat berlangsung lebih dari 30 tahun; telur cacing tersebut dapat hidup dan bertahan di lingkungan selama beberapa bulan.
Cara-cara penularan
Telur Taenia saginata yang dikeluarkan lewat tinja orang yang terinfeksi hanya bisa menular kepada sapi dan didalam otot sapi parasit akan berkembang menjadi Cysticercus bovis, stadium larva dari Taenia saginata. Infeksi pada manusia terjadi karena orang tersebut memakan daging sapi mentah atau yang dimasak tidak sempurna yang mengandung Cysticerci; di dalam usus halus cacing menjadi dewasa dan melekat dalam mukosa usus. Begitu juga infeksi T. solinum terjadi karena memakan daging babi mentah atau yang dimasak kurang sempurna (“measly pork”) yang mengandung cysticerci; cacing menjadi dewasa didalam intestinum.
Namun, cysticercosis dapat terjadi secara tidak langsung karena orang tersebut menelan minuman yang terkontaminasi atau secara langsung dari tinja orang yang terinfeksi langsung kemulut penderita sendiri (aoutoinfeksi) atau ke mulut orang lain. Apabila telur T. solinum tertelan oleh manusia atau babi, maka embrio akan keluar dari telur, kemudian menembus dinding usus menuju ke saluran limfe dan pembuluh darah selanjutnya dibawa keberbagai jaringan dan kemudian berkembang menjadi cysticercosis.
Diagnosis
Diagnosis ari penyakit teniasis adalah dengan menemukan dan mengidentifikasi proglotid (segmen), telur atau antigen dari cacing dalam tinja. Namun bentuk telur cacing Taenia solium dan cacing Taenia saginata sukar dibedakan, sehingga diagnosa spesifik dilakukan dengan cara membedakan bentuk scolex (kepala) dan atau morfologi dari proglottid gravid.
Tes serologis spesifik akan sangat membantu dalam mendiagnosa sistiserkosis.
Pemeriksaan secara mikroskopis dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jaringan bawah kulit dengan mengambil spesimen dari jaringan sistiserasi. Sistisersi yang terdapat di jaringan otak dan jaringan lunak lain dapat didiagnosis dengan menggunakan CAT scan atau MRI, atau dengan X-ray jika sistisersi tersebut mengalami kalsifikasi.
Pengobatan
Praziquantel (Biltricide®) efektif untuk pengobatan Taenia saginata dan Taenia solium. Niclosamide (Niclocide®, Yomesan®) saat ini sebagai obat pilihan kedua kurang cukup tersedia secara luas dipasaran. Untuk cysticercosis tindakan operasi (bedah) dapat menghilangkan sebagian dari gejala penyakit tersebut.
Pasien dengan cysticercosis SSP harus diobati dengan praziquantel atau dengan albendazole di rumah sakit dengan pengawasan ketat; biasanya diberikan kortikosteroid untuk mencegah oedem otak pada penderita cysticerci.
Pencegahan
Mencegah terjadinya pencemaran/kontaminasi tinja terhadap tanah, air, makanan dan pakan ternak dengan cara mencegah penggunaan air limbah untuk irigasi
Memasak daging sapi atau daging babi secara sempurna.
Daging sapi atau daging babi yang dibekukan pada suhu di bawah minus 5oC (23oF) selama lebih dari 4 hari dapat membunuh cysticerci.
Jauhkan ternak babi kontak dengan jamban dan kotoran manusia.
Sumber: www.vet-klinik.com
0 comments:
Post a Comment