Cascado atau sering disebut pula dermatitis vermitosa bovis atau olecten abango, sebenarnya berasal dari bahasa spanyol cascado yang berarti patah atau runtuh, sehingga cascado dapat diartikan sebagai penyakit kulit/dermatitis akibat cacing Stephenofilaria duodesi.
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh cacing Stephanofilaria duodesi yang merupakan anggota dari famili Atracticae dan ordo Spirurodia, genus Stephanofilaria. Cacing ini dfitandai dengan mulut yang sirkuler dan menonjol dengan cincin dari spina-spina kecil pada tepinya, terdapat pula lingkaran spina lain di sela-sela oleh amfida atau oleh 4-5 spina subdorsal cesar di belakangnya. Terdapat lima jenis dan semuanya pada ruminansia.
Anggota dari genus ini yang paling sering ditemukan adalah Stephanofilaria duodesi dan Stephanofilaria stillesi, yang sering ditemukan pada permukaan kulit bagian ventral sapi, cacing jantan panjnagnya 3,0-3,5 nm dan berdiameter 40-50 mikron dengan spikulum kiri 276 mikron dan spikulum kanan 47 mikron. Cacing betina 5,6-5,8 nm dan berdiameter 100-117 mikron. Mikrofilaria terdapat di dalam kulit dengan panjnag 45-60 mikron dan berdiameter 2-4 mikron. Lalat tanduk Haematobia irritans merupakan induk semang nanatara larva stadium ketiga yang infektif berkembang di dalamnya dalam waktu 16-21 hari dan menginfeksi induk semang akhir ketika lalat tersebut menggigitnya
Siklus Hidup
Lalat tanduk Haematobia irritans merupakan induk semang antara larva stadium yang infektif berkembang di dalamnya selama 16-21 hari dan menginfeksi induk semang akhir ketika lalat tersebut menggigitnya (Levine, 1994).
Parasit ini ditransmisikan oleh lalat Haematobia irritans, lalat dewasa mengeluarkan mikrofilaria yang dulu dimakan olehnya pada lesi terbuka yang disebabkan cacing pada sapi yang yang terinfeksi. Larva berkembang dalam lalat dan pad ash 26-300 C. Larva moulting pada hari ke-4 dan ke-8, infektif larva ditemukan pada probosis lalat pada hari ke-10(Soulsby, 1982)
Pathogenesis
Penyakit kulit yang disebabkan oleh cacing nematoda ini berada di lapisan epitel kutis, cacing-cacing tersebut sangat motil, selamanya berpindah-pindah dan menimbulkan radang stratum Malpighi. Di samping itu sel-sel epitel bertumbuh giat atau meruntuh, folikel-folikel rambut dan kelenjar-kelenjar kulit rusak dan sel-sel radang menyerbu jaringan (Resang, 1984).
Stephanofilaria sp. Dapat mengakibatkan dermatitis kronis. Kulit menebal dengan permukaan yang keras dan kering atau dengan jendolan-jendolan darah dan serum kering yang membentuk sisik dank keras (Levine, 1994)
Penularan
Kaskado dapat menular dari hewan satu ke hewan lain. Penularan dapat terjadi melalui perantara lalat rumah, lalat kandang dan jenis lalat yang lain. Lalat tanduk (Haematobia irritans) merupakan vektor larva stadium ketiga yang infektif berkembang di dalamnya dalam waktu 16-21 hari, dan menginfeksi induk semang akhir ketika lalat tersebut menggigitnya. Haemotobia irritans merupakan hospes perantara dari Stephanofilaria sp. paling sering ditemukan pada tubuh sapi. Haemotobia irritans betina meninggalkan hospes hanya untuk meletakkan telur-telur dalam kotoran sapi yang masih baru. Haemotobia irritans menggigit tubuh hospes, menghisap darah dan cairan lainnya dan ini merupakan penyebab masuknya larva cacing Stephanofilaria sp pada tubuh sapi.
Gejala Klinis
Gambaran klinis menunjukkan adanya dermatitis yang berbatas tegas, sering disertai ulserasi dengan diameter bervariasi antara 11 – 12 cm dan sebagian besar luka terletak pada kantus media mata. Perubahan-perubahn pada kulit disertai denga rasa gatal, sehingga hewan tersebut berusaha menggosok-gosokkan bagian kulit yang terserang pada berbagai benda.
Diagnosa
Diagnose pada kaskado dapat didasarkan pada lesi yang mencolok dan dapat dibedakan dengan penyakit kulit lain. Kerokan klit yang dalam dimasukkan dalam formalin 10% dikirim ke laboratorium Penyidikan Penyakit Hewan untuk pemeriksaan histopatologi. Pada kaskado, peroide awal akan kita ketahui dengan adanya bintil-bintil pada kulit, kemudian lalat sering hinggap di bagian luka (Soulsby, 1982). Atau gejala klinis kaskado bias juga diketahui adanya jejas pada bagian sekitar mata, kemudian semakin menebal dan permukaaannya tertutup oleh kerak (Akoso, 1996).
Diferensial Diagnosa
Diferensial diagnose dari kaskado antara lain scabies, baliziekte, keracunan tanaman seperti Lantana camara, dan luka karena trauma mekanis.
Terapi
Terapi dan pengobatan dapat menggunakan :
1. Antimosan
Dosis : 3,5 gram per 200-250 kg berat badan
Aplikasi : Suntikan di bawah kulit, diulang selang satu minggu
2. Neguvon
Dosis : 100-200 mg/kg berat badan
Aplikasi : per-os (dimakan) bentuk bolus 10% dalam kanji.
Cara lain : oles luka dengan larutan 10%. Luka stadium lanjut pengobatan harus diulang 2-3 kali 3. Salep Asuntol 2%
Aplikasi : Oles luka dengan salep selama 5 hari berturut-turut
4. Invermectin
Dosis : 0,2 mg/kg berat badan
Aplikasi : Disuntikkan di bawah kulit (subcutan)
Pengobatan Kaskado dengan Invermectin, salep 1-2% memberikan hasil yang lebih baik (efektif).
Sumber: www.vet-klinik.com
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh cacing Stephanofilaria duodesi yang merupakan anggota dari famili Atracticae dan ordo Spirurodia, genus Stephanofilaria. Cacing ini dfitandai dengan mulut yang sirkuler dan menonjol dengan cincin dari spina-spina kecil pada tepinya, terdapat pula lingkaran spina lain di sela-sela oleh amfida atau oleh 4-5 spina subdorsal cesar di belakangnya. Terdapat lima jenis dan semuanya pada ruminansia.
Anggota dari genus ini yang paling sering ditemukan adalah Stephanofilaria duodesi dan Stephanofilaria stillesi, yang sering ditemukan pada permukaan kulit bagian ventral sapi, cacing jantan panjnagnya 3,0-3,5 nm dan berdiameter 40-50 mikron dengan spikulum kiri 276 mikron dan spikulum kanan 47 mikron. Cacing betina 5,6-5,8 nm dan berdiameter 100-117 mikron. Mikrofilaria terdapat di dalam kulit dengan panjnag 45-60 mikron dan berdiameter 2-4 mikron. Lalat tanduk Haematobia irritans merupakan induk semang nanatara larva stadium ketiga yang infektif berkembang di dalamnya dalam waktu 16-21 hari dan menginfeksi induk semang akhir ketika lalat tersebut menggigitnya
Siklus Hidup
Lalat tanduk Haematobia irritans merupakan induk semang antara larva stadium yang infektif berkembang di dalamnya selama 16-21 hari dan menginfeksi induk semang akhir ketika lalat tersebut menggigitnya (Levine, 1994).
Parasit ini ditransmisikan oleh lalat Haematobia irritans, lalat dewasa mengeluarkan mikrofilaria yang dulu dimakan olehnya pada lesi terbuka yang disebabkan cacing pada sapi yang yang terinfeksi. Larva berkembang dalam lalat dan pad ash 26-300 C. Larva moulting pada hari ke-4 dan ke-8, infektif larva ditemukan pada probosis lalat pada hari ke-10(Soulsby, 1982)
Pathogenesis
Penyakit kulit yang disebabkan oleh cacing nematoda ini berada di lapisan epitel kutis, cacing-cacing tersebut sangat motil, selamanya berpindah-pindah dan menimbulkan radang stratum Malpighi. Di samping itu sel-sel epitel bertumbuh giat atau meruntuh, folikel-folikel rambut dan kelenjar-kelenjar kulit rusak dan sel-sel radang menyerbu jaringan (Resang, 1984).
Stephanofilaria sp. Dapat mengakibatkan dermatitis kronis. Kulit menebal dengan permukaan yang keras dan kering atau dengan jendolan-jendolan darah dan serum kering yang membentuk sisik dank keras (Levine, 1994)
Penularan
Kaskado dapat menular dari hewan satu ke hewan lain. Penularan dapat terjadi melalui perantara lalat rumah, lalat kandang dan jenis lalat yang lain. Lalat tanduk (Haematobia irritans) merupakan vektor larva stadium ketiga yang infektif berkembang di dalamnya dalam waktu 16-21 hari, dan menginfeksi induk semang akhir ketika lalat tersebut menggigitnya. Haemotobia irritans merupakan hospes perantara dari Stephanofilaria sp. paling sering ditemukan pada tubuh sapi. Haemotobia irritans betina meninggalkan hospes hanya untuk meletakkan telur-telur dalam kotoran sapi yang masih baru. Haemotobia irritans menggigit tubuh hospes, menghisap darah dan cairan lainnya dan ini merupakan penyebab masuknya larva cacing Stephanofilaria sp pada tubuh sapi.
Gejala Klinis
Gambaran klinis menunjukkan adanya dermatitis yang berbatas tegas, sering disertai ulserasi dengan diameter bervariasi antara 11 – 12 cm dan sebagian besar luka terletak pada kantus media mata. Perubahan-perubahn pada kulit disertai denga rasa gatal, sehingga hewan tersebut berusaha menggosok-gosokkan bagian kulit yang terserang pada berbagai benda.
Diagnosa
Diagnose pada kaskado dapat didasarkan pada lesi yang mencolok dan dapat dibedakan dengan penyakit kulit lain. Kerokan klit yang dalam dimasukkan dalam formalin 10% dikirim ke laboratorium Penyidikan Penyakit Hewan untuk pemeriksaan histopatologi. Pada kaskado, peroide awal akan kita ketahui dengan adanya bintil-bintil pada kulit, kemudian lalat sering hinggap di bagian luka (Soulsby, 1982). Atau gejala klinis kaskado bias juga diketahui adanya jejas pada bagian sekitar mata, kemudian semakin menebal dan permukaaannya tertutup oleh kerak (Akoso, 1996).
Diferensial Diagnosa
Diferensial diagnose dari kaskado antara lain scabies, baliziekte, keracunan tanaman seperti Lantana camara, dan luka karena trauma mekanis.
Terapi
Terapi dan pengobatan dapat menggunakan :
1. Antimosan
Dosis : 3,5 gram per 200-250 kg berat badan
Aplikasi : Suntikan di bawah kulit, diulang selang satu minggu
2. Neguvon
Dosis : 100-200 mg/kg berat badan
Aplikasi : per-os (dimakan) bentuk bolus 10% dalam kanji.
Cara lain : oles luka dengan larutan 10%. Luka stadium lanjut pengobatan harus diulang 2-3 kali 3. Salep Asuntol 2%
Aplikasi : Oles luka dengan salep selama 5 hari berturut-turut
4. Invermectin
Dosis : 0,2 mg/kg berat badan
Aplikasi : Disuntikkan di bawah kulit (subcutan)
Pengobatan Kaskado dengan Invermectin, salep 1-2% memberikan hasil yang lebih baik (efektif).
Sumber: www.vet-klinik.com
0 comments:
Post a Comment