Saturday, April 12, 2008

Tularemia

Sinonim:
Francis’disease, Deerfly, Rabbit fever, O’Harra disease, Ulceroglandular disease.

Tularemia Merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri dengan manifestasi klinis yang sangat bervariasi tergantung kepada tempat masuknya bakteri dan virulensi dari bakteri yang menginfeksi. Penyakit ini menyerang berbagai jenis hewan termasuk domba.

Penyebab penyakit
Tularemia disebabkan oleh bakteri Francisella tularensis atau Pasteurella tularensis, sejenis kokobasilus yang non motil, berbentuk kecil, gram negatif. Semua isolat secara serologis homogen dibedakan satu sama lain secara epidemiologis dan biokemis yaitu menjadi Jellison Type A (F. tularensis biovarian tularensis) dengan LD50 pada kelinci lebih kecil dari 10 bakteria atau Jellison type B (F. tularensis biovarian palaearctica) dengan LD50 pada kelinci lebih besar dari 107 bakteria.
Didalam tinja yang kering bakteri ini dapat hidup selama 25-30hari.

Distribusi Penyakit
Tularemia tersebar hampir di semua bagian Amerika Utara dan di sebagian besar benua Eropa, di bekas Uni Soviet, Cina dan Jepang. Di AS penyakit ini ditemukan sepanjang tahun; insidensi penyakit ini ditemukan lebih tinggi pada orang dewasa dimusim dingin pada saat musim perburuan kelinci dan pada anak-anak dimusim panas pada saat densitas vektor berupa kutu dan lalat pada menjangan/kijang meningkat. Francisella tularensis biovarian tularensis terbatas ditemukan hanya dibagian utara benua Amerika dan sering ditemukan pada kelinci (jenis Cottontail, Jack dan Snowshoe), dan biasanya penularan terjadi karena gigitan kutu binatang tersebut. Sedangkan Francisella tularensis biovarian palaearctica sering ditemukan pada mamalia selain kelinci di bagian utara benua Amerika; berbagai strain ditemukan di Elerasia pada binatang jenis voles, muskrat dan tikus air. Sedangkan di Jepang ditemukan pada kelinci.

Reservoir
Berbagai jenis binatang liar seperti kelinci, hares, voles, muskrats, beavers dan beberapa jenis binatang domestik dapat berperan sebagai reservoir; begitu juga berbagai jenis kutu dapatberperan sebagai reservoir penyakit Tularemia.

Cara penularan
Gigitan artropoda seperti kutu Dermacentor andersoni, kutu anjing D. variabilis, Anblyomma americanum (the lonestar stick); dan walaupun jarang terjadi, lalat Chrysops discalis pada kijang/menjangan dapat juga menularkan penyakit ini. Di Swedia nyamuk Aedes cinerius diketahui dapat menularkan penyakit ini melalui inokulasi kulit, melalui mukosa konjungtiva dan mukosa orofaring yang terpajan dengan air yang terkontaminasi. Penularan dapat juga terjadi karena terpajan dengan darah atau jaringan binatang yang terinfeksi (pada waktu menguliti binatang, memotong daging atau pada waktu melakukan nekropsi)
Mengkonsumsi daging atau jaringan binatang yang terinfeksi yang tidak dimasak dengan sempurna.
Minum air yang terkontaminasi
Inhalasi debu yang terkontaminasi atau inhalasi partikel dari tumpukan rumput/jerami kering dan padi-padian yang terkontaminasi.
Jarang sekali penularan terjadi melalui gigitan coyote (sejenis rubah), tupai, musang, babi hutan, kucing atau anjing yang mulutnya tercemar karena diduga memakan binatang yang terinfeksi. Penularan juga jarang terjadi karena bulu dan cacar binatang.

Masa Inkubasi
Masa inkubasi sangat bergantung pada virulensi daripada mikroorganisme dan tergantung pada ukuran inokulum. Biasanya berkisar antara 1 – 14 hari, rata-rata 3 – 5 hari.

Masa Penularan
Tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Pada penderita yang tidak diobati mirkoorganisme penyebab penyakit ditemukan didalam darah selama 2 minggu pertama infeksi, dan ditemukan didalam lesi selama satu bulan bahkan terkadang lebih lama. Lalat mengandung bakteri selama 14 hari dan kutu selama hidup mereka (sekitar 2 tahun). Daging kelinci yang dibekukan pada suhu –150C (50F) tetap infektif selama 3 tahun.

Gejala klinis
Hewan.
Penyakit Tularemia lebih rentan pada domba-domba muda dibanding pada domba dewasa. Kejadian ini dapat terlihat ketika domba muda berada pada kumpulan domba dewasa, maka domba muda sering tertinggal sewaktu digiring, gerakan kakinya terlihat kaku cenderung untuk rebah dan kehilangan berat badan. Kepala sering terangkat ketika berjalan, suhu rectum meningkat ada pembengkakan pada limfe dan anoreksia.
Pada anjing apabila penyakit Tularemia telah menginfeksi paru-paru akan terjadi edema dan radang pleura pada paru-paru
Manusia.
Penyakit Tularemia pada manusia diawali dengan demam tinggi, nyeri kepala dan mual mual yang sering muncul secara tiba-tiba.
Kulit sering ditemukan papula yang kemudian berubah menjadi ulkus(tukak)
Kelenjar limfe membengkak dengan konsistensi lunak
Terjadi enteritis apabila penularan terjadi lewat per os

Diagosis
Uji serologik untuk mendeteksi antibody
Isolasi bakteri penyebab tularemia dilakukan pada laboratorium yang mempunyai fasilitas keamanan tinggi karena penyakit tularemia ini dapat menular pada petugas laboratorium

Pencegahan
1). Berikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menghindari diri terhadap gigitan kutu, lalat dan nyamuk. Hindari minum air, mandi atau bekerja diperairan yang tidak ditangani dengan baik dimana didaerah tersebut angka infeksi pada binatang liar sangat tinggi.
2).Pakailah sarung tangan pada saat menguliti binatang terutama kelinci. Masaklah daging kelinci liar atau binatang rodensia sebelum dikonsumsi.
3).Berlakukan larangan pengapalan antar pulau terhadap hewan atau daging hewan yang terinfeksi.
4).Vaksinasi intradermal dengan skarifikasi menggunakan vaksin jenis “Live attenuated” digunakan secara luas dibekas Uni Soviet dan secara terbatas digunakan dikalangan pekerja dengan risiko penularan di AS.
5). Pakailah masker, pelindung mata, sarung tangan dan jas laboratorium (Personal Protection Equipment) dan pergunakan kabinet dengan tekanan negatif pada saat bekerja dengan kultur F. tularensis.

Penanganan penderita
1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Didaerah endemis tertentu di AS dan di sebagian besar negara di dunia penyakit ini tidak wajib dilaporkan, kelas 3B (lihat tentang pelaporan penyakit menular)
2). Isolasi: Hati-hati dengan sekret dan discharge dari lesi terbuka, lakukan kewaspadaan universal
3). Disinfeksi serentak: Lakukan disinfeksi terhadap discharge yang keluar dari ulkus, kelenjar limfe atau konjungtiva.
4). Investigasi kontak dan sumber infeksi: Investigasi perlu dilakukan terhadap setiap kasus untuk menemukan sumber infeksi.
5). Pengobatan spesifik: Obat pilihan adalah streptomisin atau gentamisin, diberikan selama 7-14 hari; sedangkan tetrasiklin dan kloramfenikol bersifat bakteriostatik jika diberikan kurang dari 14 hari, relaps lebih sering terjadi dibandingkan pengobatan dengan menggunakan streptomisin. Namun telah ditemukan mikroorganisme virulen yang resisten terhadap streptomisin. Tindakan insisi, biopsi, aspirasi yang dilakukan untuk mengambil sampel pada kelenjar limfe yang terinfeksi dapat menyebarkan infeksi. Tindakan ini harus dilindungi dengan antibiotika yang tepat.


2 comments:

janung said...

Bagaimana cara kita bisa mengetahui bahwa kelinci peliharaan kita terinfeksi tularemia atau tidak.
Adakah cara yang awam yang bisa dilakukan.

Terima kasih
janung (janungh@gmail.com)

wawunx said...

Gejala klinis tularemia pada kelinci antara lain nafsu makan berkurang, depresi, ataxia dan sering tertinggal dengan kelinci lainnya.
Abses dan nodul pada kulit akan nampak terlihat dan pada beberapa kasus kadang disetai pneumonia dan septicemia.
Apabila dinekropsi akan terlihat pendarahan pada pleura dan adanya akumulasi pada paru-paru

Artikel Terkait